Cakrawalaopini.com – Paris, 6 Agustus 2024, Petinju Italia Angela Carini akhirnya mengakhiri kontroversi seputar pengunduran dirinya yang mengejutkan dari pertandingan tinju di Olimpiade Paris dengan permintaan maaf sepenuh hati kepada lawannya, Imane Khelif dari Aljazair, pada hari Jumat.
Carini, yang berusia 25 tahun, meninggalkan pertarungan hanya 46 detik setelah pertandingan dimulai pada hari Kamis, setelah menerima pukulan keras di wajah dari Khelif, yang juga berusia 25 tahun.
Carini meninggalkan ring sambil menangis dan menolak berjabat tangan dengan Khelif, yang saat itu mencoba menawarkan penghiburan.
Insiden ini segera memicu kontroversi dan diskusi luas mengenai sikap sportivitas dan kriteria kelayakan gender dalam olahraga.
Dalam wawancara dengan surat kabar Italia La Gazzetta dello Sport pada hari Jumat, Carini mencoba menenangkan suasana. Dia menyatakan penyesalannya atas kontroversi tersebut dan meminta maaf kepada Khelif, sambil menambahkan bahwa dia akan “memeluknya” jika ada kesempatan.
“Itu bukan sesuatu yang ingin saya lakukan,” kata Carini. “Saya marah karena Olimpiade saya telah gagal total. Saya juga turut prihatin dengan lawan saya. Jika IOC mengatakan dia bisa bertarung, saya menghormati keputusan itu.”tambahnya.
Imane Khelif adalah petinju amatir ulung yang telah memenangkan medali perak di Kejuaraan Dunia 2022 yang diselenggarakan oleh Asosiasi Tinju Internasional. Namun, badan pengurus yang sama mendiskualifikasi dia dari kejuaraan tahun lalu sesaat sebelum pertandingan medali emasnya karena klaim adanya peningkatan kadar testosteron.
Kontroversi ini memicu pertengkaran mengenai kriteria kelayakan gender, dengan Khelif berada di pusat perdebatan. Meskipun demikian, IOC menegaskan bahwa Khelif adalah perempuan dan hidup sebagai perempuan, dan oleh karena itu memenuhi syarat untuk bertarung.
Permintaan maaf Carini datang sebagai upaya untuk mengakhiri ketegangan dan menunjukkan rasa hormat terhadap lawannya. Dia mengakui bahwa tindakan impulsifnya didorong oleh kekecewaan besar atas kegagalannya di Olimpiade, tetapi dia berharap bisa memperbaiki situasi dengan sikap yang lebih positif ke depannya.
Khelif sendiri belum memberikan tanggapan resmi terkait permintaan maaf tersebut. Namun, insiden ini menggarisbawahi pentingnya sportivitas dan pemahaman dalam kompetisi olahraga, terutama ketika berhadapan dengan isu-isu sensitif seperti kriteria kelayakan gender.
Dengan Olimpiade Paris masih berlangsung, diharapkan insiden seperti ini bisa menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk lebih menghargai satu sama lain dan menjaga semangat olahraga yang sejati.